Perang Reteh meletus ketika Belanda mengerahkan pasukannya dari Tanjungpinang pada Oktober 1858. Pasukan itu hendak menaklukan Raja Sulung di Reteh, Indragiri, Riau. 25 kapal perang penuh meriam dan pasukan besar dikirim agar Raja Sulung tunduk dan mengakui sultan Sulaiman. Namun, ada satu meriam yang tertinggal dan menagis, yaitu meriam sumbing.
Meriam sumbing yang kini berada di pulau Mepar, Lingga, konon dikabarkan menagis karena tidak diikut sertakan dalam perang itu. Tagisnya tidak lagi terdengar setelah disusulkan ke Reteh dan turut serta dalam pertempuran yang akhirnya menewaskan Raja Sulung. Dan keganasan meriam sumbing ketika itu, melebihi perkiraan banyak orang. Meriam sumbing kala itu dianggap sebagai produk yang belum sempurna dan tidak tahan lama untuk diajak bertempur.
“Setelah perang usai, ternyata terdengar kabar bahwa meriam itu tidak hanya kokoh dalam bertahan, tetapi juga kuat dalam menyerang hingga membuat moncongnya sumbing. Itu kisah yang masyahur di masyarakat,
Sumber : Warna - warni melayu Riau
Bagikan
Jangan lewatkan
TRAGEDI PERANG RETEH 1858
4/
5
Oleh
BEDENAI INFO