Sumber : Liputan6.com
Oleh : H. Amrizal, MA
*Ketua MUI Kab. Bengkalis
"Berhati-hati dengan propaganda yang ingin membenturkan antar agama dalam menyambut pilpres 2019"
Pilpres 2019 adalah peristiwa biasa yang kita jalani setiap lima tahunan sekali dalam rangka suksesi kepemimpinan nasional. Karena itu kita tidak perlulah terlalu takut dan khawatir berlebih-lebihan dalam menyambutnya dengan menyebarkan berbagai propaganda yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya atau terlalu tinggi berangan-angan atau berandai-andai sehingga tidak bisa bersikap realistis lagi.
Yang perlu digaris bawahi bahwa pilpres 2019 bukanlah "perperangan antar agama" lebih spesifik lagi "peperangan antar Muslim dan Non Muslim". Pilpres hanya "pertarungan" antar para kandidat (capres dan cawapres) untuk medapatkan kursi kekuasaan yang empuk dan nikmat sekali dan juga ikhtiar para tim sukses mereka yang ingin meraih jabatan-jabatan menteri di kabinet. Kita-kita yang dibawah ini hanya menjadi cheerleader's politik saja.
Penjelasan di atas penting saya sampaikan mengingat sepertinya ada upaya segelintir orang yang berupaya menggiring opini melalui propaganda di media sosial bahwa pilpres 2019 kali ini adalah bukan hanya sekedar pertarungan politik tapi juga pertarungan antar agama (Muslim dan non Muslim). Hal ini bisa kita baca melalui postingan-postingan di media sosial yang dibagikan oleh sejumlah netizen diantaranya seperti yang diposting oleh account fb atas nama Khairul Usman yang lagi viral, beliau mencapture foto Din Syamsudin ( Tokoh Muhammadiyah) dan merekayasa pernyataannya yang sudah dibuktikan bahwa informasi tersebut adalah Hoax (Baca Selengkapnya : [Cek Fakta] Viral Pernyataan Din Syamsuddin di Depan Ribuan Alumni Gontor, Ini Faktanya) Tapi sayang postingan ini sudah ikut dibagikan oleh ratusan dan ribuan netizen di media sosial tanpa perasaan bersalah sama sekali.
Upaya membenturkan antar agama dalam kaitannya dengan politik melalui propaganda media sosial ini sangat rawan dan berbahaya. Sebab kalau sudah menyangkut atau menyinggung-nyinggung urusan agama, orang-orang yang terbakar semangatnya akan sanggup mengasah parang dan menghunuskan pedang. Akhirnya tidak tertutup kemungkinan terjadilah konflik berdarah.
Tidak berlebih-lebihan bila dikatakan bahwa ini bagian dari skenario yang ingin memecah belah bangsa dan punya kemiripan dengan strategi penjajah Belanda dahulu yang dikenal dengan Devide et impera. Peristiwa tragis yang terjadi di sejumlah negara di Timur Tengah ketika menghadapi suksesi kepemimpinannya harus menjadi ikhtibar berharga bagi kita. Kita jangan mau termakan hasutan dan propaganda melalui media sosial yang tidak tertutup kemungkinan merupakan bagian dari proxywar (perang kaki tangan asing) yang tidak ingin Indonesia ini menjadi negara kuat.
Masalah pilpres 2019 ini sebenarnya sederhana saja bagi kita dalam menyikapinya, yaitu tunggu sajalah tanggal 17 April 2019 nanti. Salurkan hak suara kita dan pilihlah pemimpin yang kira-kira bisa membawa indonesia lebih baik ke depan. Sebelum menentukan pilihan, gunakan akal sehat kita, tanyakan hati nurani kita. Jangan terpengaruh oleh black campaign (kampanye hitam) yang sebenarnya itu merupakan cara-cara politik yang sangat primitif dan licik sekali untuk mendapatkan kekuasaan. Wallahu A'lam[].
*Edited : Admin
Bagikan
Hoax + Proxywar = Devide et impera
4/
5
Oleh
BEDENAI INFO