Ada satu tradisi yang cukup populer di kalangan masyarakat melayu dalam kaitannya dengan ibadah haji, yaitu tepuk tepung tawar bagi calon haji. Tepuk tepung tawar adalah prosesi dalam adat istiadat melayu dengan menepuk-nepukkan bedak pada punggung telapak tangan seseorang dan menabur-naburkan, beras putih, bertih, beras kuning dan bunga rampai ke seluruh badannya.
Tepuk Tepung Tawar pada hakikatnya sebagai perlambang mencurahkan rasa kegembiraan dan rasa syukur atas nikmat [keberhasilan], hajat, acara atau niat yang akan dilaksanakan baik terhadap benda yang bergerak (manusia) maupun benda mati yang tidak bergerak.
Orang-orang yang akan menunaikan ibadah haji dalam pandangan orang-orang Melayu adalah para tetamu Allah [dhuyuf al-Rahman atau Wafd Allah] karena itu mereka patut dimuliakan dan dihormati. Selain itu mereka akan melakukan perjalanan jauh, meninggalkan kampung halaman dan keluarga berhari-hari kalau dahulu berbulan-bulan agar perjalanan mereka berjalan aman dan lancar serta hajat mereka terkabul perlu didoakan.
Tradisi tepuk tepung tawar bagi jemaah calon haji ini menunjukkan persebatian antara nilai agama dan nilai budaya dalam praktek keseharian orang-orang Melayu. Fenomena seperti ini juga tampak dalam rentang kehidupan orang-orang Melayu mulai masa kelahiran sampai kematian.
Fenomena-fenomena ini menggambarkan sikap moderasi orang-orang Melayu dalam beragama. Mereka bisa menerima nilai-nilai budaya sebagai anasir yang tak terpisahkan dalam praktek kehidupan mereka. Sementara pada sisi lain, secara personal mereka adalah orang-orang yang taat beragama.
Sikap moderasi dalam beragama yang ditunjukkan oleh orang-orang melayu ini harus dipertahankan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Seiring perkembangan zaman dan keadaan tak tertutup kemungkinan masuk dan berkembangnya nilai-nilai atau faham-faham baru di kalangan masyarakat melayu yang mempengaruhi cara pandang dan sikap keagamaan mereka. Sehingga terjadi penolakan terhadap praktek tradisi karena dianggap sesuatu yang tidak ada dasarnya menurut ketentuan agama. Kalau ini sampai terjadi, maka secara perlahan-lahan orang-orang Melayu akan kehilangan identitas kebudayaan mereka.
Aura penolakan tersebut saat ini sudah mulai terasa meskipun masih dalam skala kecil dan terbatas. Akan tetapi lambat laun akan berkembang menjadi lebih besar lagi. Kalau sudah sampai ke level itu, maka praktek tradisi dalam masyarakat melayu itu hanya akan menjadi kenangan-kenangan dalam memori kolektif orang-orang melayu dan catatan-catatan dalam buku-buku sejarah.
Wallah A'lam[].
Sanad : H. Amrizal, MA
Bagikan
Tepuk Tepung Tawar Haji; Potret Sikap Moderasi Orang Melayu dalam Beragama
4/
5
Oleh
BEDENAI INFO