KH Hasyim Asy’ari dikenal sebagai seorang ulama kharismatik dan guru
pejuang. Potensi kepemimpinan yang dimiliki KH. Hsyim Asy’ari,
menjadikan dirinya sangat berperan besar dalam memajukan masyarakatnya
dan membangkitkan semangat perjuangan dalam menghadapi penjajahan
kolonial Belanda. Dunia sosial politik dan kancah perjuangan merupakan
bagian aktivitas yang mewarnai kehidupannya. Apalagi setelah mendirikan
organisasi Nahdlatul ‘Ulama sebagai perkumpulan ulama untuk menyatukan
visi dan misi perjuangan. Di samping juga mencetak kader-kader pejuang
melalui pesantren yang telah berbuah manis. Banyak di antara santrinya
bergabung dalam barisan perjuangan dalam membebaskan negeri ini.
Riwayat Kelahiran Asyim Asyhari
Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1871 di Desa
Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Hasyim Asyari
merupakan putra dari pasangan Kyai Asy’ari dan Halimah. Ayah Hasyim
merupakan seorang pemimpin sebuah Pesantren yang berada di sebelah
selatan Jombang. Sementara kakeknya Kyai Usman adalah seorang ulama
besar pada masanya dan juga sebagai pendiri pesantren Gedang pada akhir
abad 19.
Hasyim Asy’ari merupakan anak ketiga dari sepuluh bersaudara. Dalam
keluarga besar ini, Hasyim Asy’ari merasakan keharmonisan dan keakraban
dengan saudaranya. Karena berasal dari keluarga ulama dan pengasuh
pesantren, maka pendidikan Islam yang diterima Hasyim Asy’ari dan
saudaranya sangat kental. Beliau dibimbing oleh ayah dan kakeknya di
Pesantren Gedang sampai berumur lima tahun. Di pesantren ini, Hasyim
Asy’ari mendapat ilmu dasar-dasar Islam dan diamalkan langsung di bawah
asuhan ayah dan kakeknya. Sehingga dengan demikian terbentuklah karakter
Hasyim Asy’ari sebagai seorang anak yang berakhlak mulia dan kecerdasan
yang luar biasa.
Pendidikan Lanjutan Hasyim Asy’ari
Setelah mendapatkan pendidikan dasar dari ayah dan kakeknya, Hasyim
Asy’ari melanjutkan pendidikannya pada berbagai pondok pesantren yang
terdapat di pulau Jawa, seperti pondok pesantren Langitan, Tuban,
Bangkalan dan Sidoarjo. Dari berbagai pesantren ini, beliau bertemu
dengan ulama besar sekaligus pengasuh pesantren. Hasyim Asy’ari belajar
dengan tekun dan penuh semangat sehingga berbagai disiplin keilmuan
dikuasainya dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan, gurunya KH. Yakub
yang mengasuh pesantren di Sidoarjo, tertarik menjadikan dirinya sebagai
menantu untuk anaknya yang bernama Khadijah.
Semangat Hasyim dalam menuntut ilmu membawa dirinya sampai ke tanah
suci. Selama di Makkah beliau berguru dengan sejumlah ulama besar dunia.
Dari gurunya itu, Hasyim memperoleh banyak ilmu dan wawasan keIslaman.
Di antara guru Hasyim adalah Syaikh Mahfudh At Tarmisi yang mengajar
dalam ilmu hadits, diwaris. Di samping Syaikh Mahfudh, Hasyim juga
menimba ilmu kepada Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabau terutama di
bidang tauhid dan ghirah (semangat) kebangkitan. Kepada dua guru besar
itu pulalah Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berguru. Jadi,
antara KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan sebenarnya tunggal guru
maksudnya belajar pada guru yang sama.
Seperti halnya Ahmad Dahlan, Hasyim juga belajar pemikiran para
tokoh-tokoh pembaharu, Muhammad Abduh (pemikir dan ulama Mesir) yang
sedang giat-giatnya melancarkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam di
negerinya. Gerakan pembaharuan ini juga menjadi inspirasi bagi KH Asyim
Ashari, untuk menyelamatkan umat melalui pesantren dan madrasah yang
beliau dirikan. Asyim Ashari berjuang dan bekerja sekuat tenaga mendidik
anak bangsa agar negeri ini bisa merdeka dan lepas dari penjajah.
Kembali Ke Tanah Air berperan Sebagai Guru
Setelah belajar selama 7 tahun mendalami ilmu agama di Kota Makkah,
pada Tahun l899 Beliau pulang ke Tanah Air. Hasyim mengajar di pesantren
milik kakeknya, Kyai Usman. Kyai Hasyim Asy’ari berusaha memerankan
tugas guru secara baik dan maksimal sehingga banyak santri yang senang
belajar padanya dan menjadikan beliau sebagai guru idola karena
keteladanan yang dipraktekkannya dalam kehidupan sehari-sehari.
Di samping aktivitasnya sebagai seorang guru, Hasyim Asy’ari juga
bekerja sebagai seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya
puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat
tidak mengajar. Dari usahanya inilah dirinya dapat memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya, membantu dana untuk perjuangan dan untuk membantu
orang miskin atau anak yatim.
Hasyim Asy’ari dikenal sebagai seorang pendidik sejati, karena
kesungguhannya dalam melaksanakan tugas guru. Hari-hari yang terindah
dalam hidup KH Hasyim Asyhari ketika dirinya dapat membahagiakan orang
lain terutama santri dengan berbagi ilmu. Keluasan ilmu dan keluhuran
akhlak ulama kharismatik ini, menjadi daya pikat tersendiri bagi para
santrinya sehingga mereka sangat akrab dengan Hasyim Asy’ari sebagai
gurunya sekaligus ulama penuntun umat.
Hasyim Asy’ari juga ahli dalam mengatur kurikulum pesantren dan
mengatur strategi pengajaran.Beliau berpandangan keberhasilan sebuah
pendidikan di samping kualitas gurunya juga ditentukan nilai kurikulum
dan strategi dan metodologi penyampaian materi pelajaran. Makanya, pada
masa itu, banyak pembaharuan yang dilakukan KH Hasyim Asyhari dalam
rangka meningkatkan lulusan pesantren yang bermutu.
Mendirikan Organisasi Nahdlatul ‘Ulama
Kiprah besarnya dalam dunia pendidikan dan dakwah adalah ketika KH
Hasyim Asy’ari dengan KH Abdul Wahab Hasbullah mendirikan organisas
Nahdlatul ‘Ulama pada tahun 1926. Organisasi ini bergerak di bidang
dakwah dan pendidikan bahkan kemudian merambah kedunia politik. Sejak
awal pendirian organisasi ini KH Hasyim Asy’ari diamanahkan sebagai
pemimpin organisasi yang dikenal dengan istilah Rais Akbar.
Sebagai pimpinan organisasi besar, KH Hasyim Asy’ari berusaha
melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Beliau berusaha melibatkan
banyak ulama dalam membesarkan organisasi ini, sehingga keberadaan
organisasi dirasakan manfaatnya bagi umat. Melalui Nahdlatul ‘Ulama
diharapkan adanya kesamaan visi dan misi ulama dalam membina umat dan
membangun negeri. Untuk menyamakan gerak langkah madrasah atau
pesantren, maka aktivitas pendidikan ini dinaungi oleh Nahdlatul ‘Ulama.
Hasyim Asy’ari berharap melalui madrasah dan pesantren akan melahirkan
kader bangsa terutama dalam menghadapi perlawanan terhadap penjajah pada
waktu sebelum kemerdekaan.
Pemikiran Pendidikan Hasyim Asy’ari
Gagasan dan pemikiran Hasyim Asy’ari tentang pendidikan diungkapkan
dalam bukunya yang berjudul Adabul ‘Alim Wa Muata’alim. Buku ini
berisikan tentang etika belajar dan mengajar di dalam pendidikan
pesantren pada khususnya. Hasyim Asyari menginginkan agar madrasah atau
pesantren dapat menegakkan etika belajar dengan sempurna agar tujuan
pendidikan yaitu membentuk lulusan yang baik akan tercapai.
Buku yang fundamental ini terdiri dari delapan bab, di antara bab
penting itu adalah, Keutamaan ilmu dan ilmuwan serta keutamaan belajar,
Etika yang harus diperhatikan dalam belajar dan mengajar, etika murid
pada guru dan guru pada muridnya. Buku ini menjadi rujukan bagi madrasah
dan pesantren dalam mengadakan pembaharuan dalam kedua lembaga
pendidikan tersebut.
Berjuang Melawan Penjajah
Sebagai ulama kharismatik dan tokoh umat, maka Hasyim Asy’ari
mengelorakan semangat perjuangan untuk menentang penjajahan Belanda
terutama dikalangan anak muda atau para santri. Beliau mengajak mereka
untuk berjihad melawan penjajah dan menolak kerjasama dengan penjajah
tersebut. Gerakan perlawanan ini disambut umat untuk membebaskan mereka
dari ketertindasan yang menghinakan menuju kemulian yang membahagiakan.
Demikian juga pada masa penjajahan Jepang, beliau tetap giat
membangkitkan semangat juang generasi muda dan ikut serta dalam
perjuangan pada front terdepan. Hal ini menyebabkan tentara Jepang marah
besar dan menangkap Hasyim Asy’ari dan dimasukkan kedalam penjara. Lalu
diasingkan ke Mojokerto untuk ditahan bersama-sama dengan pejuang
lainnya. Berbulan-bulan lamanya beliau ditahan, namun tidak menyurutkan
semangat perjuangannya bahkan justru semakin menambah energi baru dalam
merebut kemerdekaan.
Akhir Hayat KH Hasyim Asy’ari
Pada tanggal 25 Juli 1947, (07 Ramadhan 1366 H). pada pukul 03.00
pagi, pejuang besar dan pendidik sejati ini, kembali menemui Tuhannya.
Kepergian beliau ketempat peristirahatan terakhir, diantarkan dengan
belasungkawa yang amat dalam dari hampir seluruh lapisan masyarakat,
terutama dari para pejabat sipil maupun militer, kawan seperjuangan,
para ulama, warga NU, dan khususnya para santri Tebuireng. Umat Islam
telah kehilangan pemimpin besarnya yang kini berbaring di pusara dalam
Pesantren Tebuireng. Ketika kita melihat pusaranya maka tentu akan
tergambar betapa agung sosok ulama kharismatik yang telah memberikan
sesuatu yang berharga untuk bangsa besar ini. Semoga pemikiran dan
perjuangan dilanjutkan generasai berikutnya dalam membangun bangsa ini.
Sumber : [islamstory.com]
Bagikan
SEJARAH SINGKAT KH.HASYIM ASY'ARI, SANG GURU PEJUANG
4/
5
Oleh
BEDENAI INFO