Sebagaimana dimaklumi, bahwa pada hari
Asyura, tanggal 10 Muharram, kaum Syiah biasanya mengadakan ritual
meratapi kesyahidan Sayyidina Husain bin Ali, ‘alaihimassalam, dengan
menempeleng pipi dan berteriak dengan ratapan Ya Husain. Beberapa tahun
yang lalu, ritual ini dilakukan di dalam sebuah Gereja di Lawang Malang.
Ritual semacam ini dihukumi bid’ah dholalah dan sangat diharamkan dalam
agama, sebagaimana telah difatwakan oleh al-Imam as-Sayyid Abdullah bin
Umar bin Abi Bakar bin Yahya Ba-‘Alwi, dari Hadhramaut, seorang ulama
besar dan mufti madzhab Syafi’i yang hidup pada abad 19 Masehi di Yaman.
Berikut teks fatwa beliau yang dicatat dalam kitab Bughyah
al-Mustarsyidin, karya as-Sayyid Abdurrahman al-Masyhur Ba-‘Alwi.
(مسألة: ي): العمل بيا
حسين في جهة الهند وجاوه المفعول يوم عاشوراء أو قبله أو بعده بدعة مذمومة
شديدة التحريم، وفاعلوه فساق وضلال، متشبهون بالرافضة والناصبة، إذ
الفاعلون لذلك قسمان: قسم ينوحوون ويندبون ويظهرون الحزن والجزع بتغيير
لباس أو ترك لبس معتاد، فهم عصاة بذلك لحرمة هذه الأشياء، بل بعضها من
الكبائر وفاعلها فاسق، وورد إن الميت ليعذب ببكاء أهله، وأنه يتأذى من ذلك،
فانظر لهؤلاء الجهال الحمقى يريدون تعظيم الحسين سبط رسول الله بما يتأذى
به، ويكون خصمهم به عند الله تعالى، بل الذي ينبغي لمن ذكر مصاب الحسين رضي
الله عنه ذلك اليوم أن يشتغل بالاسترجاع، امتثالاً للأمر، وإحرازاً للأجر،
وما أصيب به السبط يوم عاشوراء إنما هو الشهادة الدالة على مزيد حظوته
ورفعة درجته عند ربه، وقسم يلعبون ويفرحون ويتخذونه عيداً وقصدهم إظهار
الفرح والسرور بمقتل الحسين، فهم بذلك أشدّ عصياناً وإثماً، بل فعلهم هذا
من أكبر الكبائر بعد الشرك، إذ قتل النفس أكبر الكبائر بعد الشرك، فكيف
بقتل سيد المؤمنين ريحانة سيد الكونين ؟ والفرح بالمعصية وإظهار السرور بها
شديد التحريم، ومرتبته كالمعصية في الإثم، بل جاء عن الإمام أحمد أنه كفر،
وقد اتفق أهل السنة أن بغض الحسين والفرح بمصابه كبيرة يخشى منها سوء
الخاتمة، ولأن الفرج بذلك يؤذي جدّه عليه الصلاة والسلام وعلياً والحسنين
والزهراء رضوان الله عليهم، وقد قال تعالى: {إن الذين يؤذون الله ورسوله
لعنهم الله} الآية. وورد: “اشتدّ غضب الله لمن آذاني في عترتي” . وورد
أيضاً: “من أحب أن ينسأ له في أجله وأن يمتع بما خوّله الله تعالى فليخلفني
في أهلي خلافة حسنة، فمن لم يخلفني فيهم بتر عمره وورد عليَّ يوم القيامة
مسودّاً وجهه” ، فعلم أن إنفاق المال على العاملين لهذه المخازي شديد
التحريم وأخذه من أكل أموال الناس بالباطل.
“(Masalah, as-Sayyid Abdullah bin
Umar bin Abi Bakar bin Yahya). Tradisi ritual Ya Husain di daerah India
dan Jawa yang dilakukan pada hari Asyura, atau sebelumnya, atau
sesudahnya, adalah bid’ah tercela yang sangat diharamkan. Pelakunya
adalah orang-orang fasiq, sesat dan menyerupai kaum Syiah Rofidhoh dan
Nashibi. Karena orang yang melakukan hal tersebut ada dua kelompok.
Pertama) mereka yang meratapi dan
menampakkan kesusahan dan kesedihan dengan merubah pakaian atau
meninggalkan pakaian yang menjadi kebiasaan. Mereka adalah orang-orang
yang melakukan kemaksiatan dengan hal tersebut, karena keharaman hal-hal
tersebut, dan bahkan sebagian termasuk dosa besar. Pelakunya adalah
seorang yang fasiq. Dan telah datang suatu hadits, “Sesungguhnya mayit
akan disiksa oleh Allah sebab tangisan keluarganya, dan ia merasa
tersiksa dengannya.” Lihatlah orang-orang bodoh dan dungu tersebut,
bermaksud mengagungkan Husain, cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, dengan cara menyakiti beliau dan beliau akan menjadi musuh
mereka di sisi Allah ta’ala. Justru sesuatu yang dianjurkan bagi orang
yang mengingat musibah Husain radhiyallahu ‘anhu pada hari tersebut,
adalah menyibukkan diri dengan istirja’ (mengucapkan inna lillaahi
wainna ilaihi roji’un), karena melaksanakan perintah Allah dan mencari
pahala. Apa yang menimpa cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pada hari Asyura adalah kesyahidan yang menunjukkan atas peningkatan
kedudukannya dan ketinggian derajatnya di sisi Tuhannya.
Kedua) mereka yang bermain-main dan
bersuka cita serta menjadikan hari tersebut sebagai hari raya. Tujuan
mereka adalah menampakkan kesenangan dan kebahagiaan dengan terbunuhnya
Husain. Dengan hal tersebut, mereka lebih berbuat kemaksiatan dan dosa,
bahkan perbuatan mereka termasuk dosa terbesar setelah kesyirikan.
Karena membunuh jiwa adalah dosa terbesar setelah kesyirikan. Bagaimana
dengan terbunuhnya penghulu kaum beriman dan keharuman penghulu dua alam
shallallahu ‘alaihi wasallam. Gembira dengan musibah tersebut dan
mengeksperesikan suka cita dengannya sangat diharamkan. Derajatnya sama
dengan maksiat dalam hal dosanya. Bahkan telah datang dari Imam Ahmad
bahwa dia telah kafir. Ahlussunnah telah bersepakat bahwa membenci
Husain dan merasa senang dengan musibahnya adalah dosa besar, yang
dikhawatirkan mengakibatkan su’ul khotimah. Dan karena bersuka cita
dengan hal itu menyakiti kakeknya shallallahu ‘alaihi wasallam, Ali,
Hasan, Husain dan az-Zahra’ radhiyallahu ‘anhum. Dan Allah SWT telah
berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya,
Allah telah mengutuk mereka.” Dan telah datang hadits, “Allah sangat
murka kepada orang yang menyakitiku melalui keluargaku.” Telah datang
pula, “Barangsiapa yang senang ditunda ajalnya dan diberi kesenangan
dengan kenikmatan Allah, maka berlakulah kepada keluargaku sesudahku
dengan perlakuan yang baik. Barangsiapa yang berlaku tidak baik kepada
mereka, maka umurnya akan dipotong dan datang kepadaku pada hari kiamat
dengan wajah hitam muram.”
Maka dapat disimpulkan, bahwa
membelanjakan harta pada orang-orang yang melakukan kehinaan ini, sangat
diharamkan dan mengambil harta tersebut, termasuk makan harta manusia
dengan cara yang batil.” (As-Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Husain
bin Umar al-Masyhur Ba-‘Alwi, mufti negeri Hadhramaut, Bughyatul
Mustarsyidin, hal. 298).
Wallahu a’lam.
Wassalam
Muhammad Idrus Ramli
Sumber : www.idrusramli.com
Bagikan
RITUAL SYI'AH DI HARI ASYURA DALAM PANDANGAN ISLAM
4/
5
Oleh
BEDENAI INFO