Wednesday, October 2, 2019

Esensi Agama Bermuara pada Akhlak

Sumber Gambar : tribunnews.com

Ajaran Islam, kalau disederhanakan meliputi tiga perkara, yaitu Aqidah, Ibadah dan Muamalat. Aqidah berkaitan dengan masalah keimanan atau keyakinan terhadap perkara-perkara sebagaimana terumuskan dalam rukun iman. Ibadah berkaitan dengan serangkaian tuntutan atau kewajiban yang harus dilaksanakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dalam rangka mencari ridhoNya sebagai terformulasi dalam Rukun Islam. Sedangkan Muamalat berkaitan dengan hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnya.

Ketentuan hukum yang berkaitan dengan ketiga dimensi ajaran Islam ini harus dilaksanakan secara baik dan berimbang oleh setiap muslim sehingga keislamannya baru akan dianggap sempurna. Ketimpangan dalam salah satu aspek saja akan membuat keislaman seseorang itu menjadi berkurang nilainya. Seorang muslim dalam hidup ini diharuskan memiliki fondasi keyakinan yang kokoh dan mantap. Setelah itu ia dituntut untuk melaksanakan serangkaian ibadah yang sudah ditetapkan. Selanjutnya ia diharapkan untuk memiliki hubungan muamalat yang baik.
Kalau dikaji lebih lanjut secara mendalam, maka kita akan menemukan bahwa esensi dari agama sebenarnya bermuara kepada akhlak yang baik dan terpuji baik dalam hubungannya dengan Allah swt, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan lingkungan.

kesimpulan ini didapat setelah membaca sejumlah hadits dan ayat al-quran, di antaranya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi) “Tidak beriman salah seorang kamu apabila tetangganya merasa tidak aman dari ganguannya (HR Bukhari) Dua hadits ini secara gamblang menyatakan bahwa indikator orang yang sempurna keimanannya adalah yang paling bagus akhlak atau budi pekertinya.
Dalam kaitannya dengan Sholat, al-Quran menyatakan: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45) Ibnu Mas’ud pernah ditanya mengenai seseorang yang biasa memperlama shalatnya. Maka kata beliau, “Shalat tidaklah bermanfaat kecuali jika shalat tersebut membuat seseorang menjadi taat.” Al Hasan berkata:”Siapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.” Tentang puasa, Nabi Muhammad saw bersabda:“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari ). Tentang Haji: “Siapa yang haji dan tidak berkata kotor dan tidak berbuat fasik, dia akan kembali seperti dilahirkan ibunya (H.R. Muslim)

Sehubungan dengan itu; seorang Muslim sedapat mungkin dalam hidup ini berupaya untuk berakhlak baik atau menjaga diri dari sikap dan prilaku yang kurang terpuji. Seorang muslim harus menjaga ucapan dan perkataan; baik di dunia nyata maupun di dunia maya; jangan suka mencela, menceritakan aib dan keburukan orang, menebarkan berita bohong [hoaks] dan fitnah, Jikalau tidak suka ataupun benci terhadap seseorang atau sekelompok orang, belajarlah supaya menahan diri. Nabi Bersabda: “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih).

Sebagai muslim, sikap harus dijaga. Jangan sampai bersikap sombong, suka iri hati dan dengki, suka berprasangka buruk dan suka menebarkan permusuhan. Sebagai muslim, prilaku harus dijaga. Jangan sampai suka berbuat aniaya terhadap diri sendiri dan orang lain, merusak lingkungan dan menimbulkan keresahan [ketidaknyamanan] terhadap orang lain. Nabi saw berpesan: “Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” (H.R. Muslim)

Rasulullah saw sebagaimana dimaklumi, diutus oleh Allah swt untuk memperbaiki [menyempurnakan] akhlak manusia. Sehubungan dengan itu tentunya orang-orang yang mau mengikuti sunnahnya harus berupaya untuk berakhlak baik. Ketika seorang Muslim memiliki akhlak yang kurang terpuji, itu berarti ada sesuatu yang salah dalam cara ia beragama. Berhati-hatilah dengan urusan akhlak ini, keimanan seseorang akan dianggap kurang sempurna, ibadah yang dilakukannya boleh jadi berkurang nilai pahalanya atau terancam tidak diterima, kalau dalam keseharian, ia memiliki sikap dan prilaku yang kurang terpuji. Wallah A’lam[].

Sanad : H. Amrizal, MA

Bagikan

Jangan lewatkan

Esensi Agama Bermuara pada Akhlak
4/ 5
Oleh BEDENAI INFO

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Comments
0 Comments