Tuesday, September 6, 2016

KISAH PANGLIMA GALANG PENUMPAS LANUN


Salah satu bukti kekuasaan Sultan Riau Lingga di Batam yakni adanya tempel berbentuk cincin yang dikeluarkan pemerintahan Sultan Riau Lingga. Surat-surat tanah milik penduduk Batam dikeluarkan oleh pihak kerajaan Riau Lingga dengan stempel berbentuk cincin tersebut. Penduduk juga membayar pajak atas tanah yang ditempati kepada kerajaan.
Selain Batam, beberapa pulau yang ada di sekitarnya juga berada di bawah pengaruh Kerajaan Riau Lingga. Salah satunya adalah Pulau Bulang. Hingga saat ini, situs-situs peninggalan Sultan Riau Lingga banyak ditemukan di lokasi tersebut. Pengaruh Sultan Riau Lingga di Batam dan daerah lain di Riau Kepulauan berakhir saat Kerajaan Riau Lingga kalah perang dengan Belanda tahun 1812. Sultan Riau Lingga dan pengikutnya lari ke hulu Malaka. Daerah kekuasaan Kerajaan Riau Lingga beralih menjadi daerah kekuasaan Belanda.
Namun tidak semua daerah Batam dikuasai Sultan Riau Lingga. Ada beberapa bagian daerah Batam di bawah kekuasaan otonom Panglima Galang. Sultan Riau Lingga berbagi kekuasaan dengan Panglima Galang. Daerah otonom Panglima Galang meliputi daerah Pulau Galang hingga Rempang Cate. Daerah Batam dan pulau-pulau lain di sekitarnya berada di bawah kekuasaan Sultan Riau Lingga. Sebenarnya antara Sultan Riau Lingga dan Panglima Galang tidak ada pertentangan. Sebagai panglima perang, Panglima Galang tunduk kepada Sultan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi kerajaan Riau Lingga. Namun karena menghormati jasa dan pengaruh Panglima Galang, Sultan memberikan daerah kekuasaan tersebut.
Panglima Galang dan pengikutnya yang terkenal kuat dan perkasa. Sangat banyak jasanya untuk menumpas bajak laut yang sering membuat kejahatan. Panglima Galang dan pengikutnya adalah pasukan perang kesultanan, terutama di daerah laut. Apalagi di laut banyak muncul perompak yang membuat kesultanan dan pedagang resah.
Selain merompak kapal-kapal yang berlayar di perairan Kepulauan Riau, anggota lanun tersebut juga merongrong kekuasaan Sultan. Anggota lanun tersebut terdiri dari berbagai macam suku dan bangsa. Ada orang asing dan ada juga orang Melayu sendiri. Tujuan mereka menjatuhkan kerajaan. Sejak diberikan kekuasaan tersebut, Panglima Galang berserta pengikutnya tinggal di Pulau Galang. Mereka ini disebut orang Galang Ladi. Oleh Panglima Galang, Pulau Galang Baru, tepatnya di Selat Penyambung dijadikan semacam pangkalan pasukannya. Dari Galang ia memantau pergerakan perompak dan kapal-kapal yang mencurigakan. Bila ada kapal perompak yang beraksi di lautan, pasukan Panglima Galang dengan kapalnya bergerak cepat melakukan penumpasan. Kadang-kadang lanon yang kuat juga diadu kesaktiannya dengan Panglima Galang. Tidak sedikit lanon bertekuk lutut ketika berhadapan dengan Panglima Galang.
Anggota kesultanan Riau Lingga yang berada di Batam lainnya adalah Raja Tak dan Raja Haji Fisabilillah. Raja Tak ini adik beradik dengan Raja Haji Fisabilillah. Mereka berdua ini adalah anak dari perkawinan Daeng Celak atau Daeng Teleng dari Bugis dengan putri Sultan Lingga, Halimunah. Gelar Daeng Celak lainnya adalah Encik Merah. Bapak Daeng Celak adalah Daeng Terani yang merupakan orang kerabat kerajaan Bone yang bermarkas di Tembilahan.
Raja Tak meninggalkan Lingga dan memilih Batam sebagai tempat pelariannya karena berbeda sikap dan pandangan dengan ayahnya. Ia tidak setuju dengan sikap ayahnya, Daeng Celak, yang sangat terbuka dengan suku apa saja yang masuk ke wilayah Kesultanan Riau Lingga. Menurut Raja Tak, sikap ayahnya yang terbuka dan mempersilahkan siapa saja masuk tersebut bisa membahayakan kerajaan dan mendatangkan petaka.
Karena sudah akrab sebelumnya, di Batam Panglima Galang turut membantu Raja Tak. Bersama pengikutnya, Raja Tak mendirikan kerajaan kecil sendiri di Gunung Bulang di Pulau Bulang. Berdasarkan cerita turun temurun penduduk di Pulau Bulang dan sekitarnya yang masih didengar hingga sekarang, Raja Tak akhirnya terjun ke laut. Setelah terjun ke laut, dirinya berubah jadi buaya. Sementara Panglima Galang akhirnya menikah dengan anak Raja Tanah Dungun dari keluarga kerajaan Riau Lingga. Setelah menikah, Panglima Galang dan pengikutnya tinggal di Pantai Gelam Kecamatan Bulang.
Wallahu'alam Bishowab[]

Sumber : Grup FB Warna Warni Melayu Riau [Salman Albatami]

Bagikan

Jangan lewatkan

KISAH PANGLIMA GALANG PENUMPAS LANUN
4/ 5
Oleh BEDENAI INFO

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Comments
0 Comments