Malam ini tiba - tiba saya teringat buku menarik dari Tom Nichols yang berjudul “The Death of Expertise”, buku ini menceritakan bahwa semakin hari, dengan maraknya media sosial dan tren ‘buzzer’, seseorang yang bukan pakar justru terlihat lebih sering mengaku dan berbicara banyak di luar keahlian dan bidang yang ia geluti. Lucunya, tidak jarang ada publik yang malah dengan mudahnya percaya dan menganggap hal tersebut benar adanya. Runtuhnya otoritas pengetahuan pada era post-truth seperti sekarang disebabkan oleh beberapa hal: selain masih rendahnya tingkat literasi masyarakat kita; di zaman internet, orang cenderung terjangkit efek Dunning-Kruger, yaitu gejala psikologis individu yang baru belajar dan memiliki sedikit pengetahuan di bidang tertentu, namun kemudian merasa sudah ahli dan dan bias konfirmasi pada segala hal. Akibat negatifnya? Ia merasa benar oleh pengetahuan yang sedikit dan condong menyampaikan hal yang keliru.
Beberapa Otoritas keilmuan lembaga negera yang runtuh mengakibatkan publik pun menjadi semakin skeptis padanya. Selain beberapa pernyataan blunder tanpa dasar, hal itu memperlihatkan bahwa sekelas orang berpendidikan di lembaga resmi kita selama ini abai terhadap riset ilmiah dan hanya melihat problematika masyarakat dari permukaan, tanpa mau bersusah payah menganalisis secara mendalam apa akar masalah sebenarnya. Kalau melihat kejadian yang marak akhir-akhir ini, alih-alih menyuarakan aspirasi rakyat, ada beberapa oknum tokoh yang justru mendorong runtuhnya otoritas keilmuan di ranah publik. Padahal dengan arus informasi yang semakin deras, masyarakat berhak mendapatkan pencerahan dari perwakilan lembaga negara, bukan malah kemudian dijerumuskan kepada pengetahuan yang tidak bersumber dan tidak jelas asal muasalnya.
Ditambah lagi, tipologi sebagian masyarakat kita hingga saat ini masih mengacu pada teori klasik Muhammad Hatta dalam hal memperoleh ilmu, yakni: cerita orangtua, pengalaman sendiri, serta keterangan orang lain. Dan yang terakhir, justru beberapa di antaranya datang dari tokoh-tokoh yang kita anggap hebat justru memproduksi pengetahuan menyesatkan nan keliru. Jika semakin banyak tokoh yang membuat pernyataan tanpa dasar ilmiah yang kuat, saya khawatir demokrasi dan derasnya informasi tidak membantu kita menjadi masyarakat yang cerdas, tapi malah akan menjerumuskan kita ke dalam lembah salah sangka dan kebodohan tak terhingga.
Belajar dari sejarah dan teori realistic conflict, prasangka dan kedunguan publik yang dibiarkan adalah bibit subur dari konflik sosial dan penindasan. Awalnya masyarakat memang hanya memunculkan prasangka. Namun, seiring dengan kecurigaan yang diamini oleh banyak pihak, hal tersebut akan mendorong diskriminasi, dan diskriminasi dapat melahirkan penindasan, terutama kepada golongan minoritas dan yang termarjinalkan.
Dari uraian di atas, sudahkah kita merasakannya saat ini?. Atau sudah menjadi korban informasi yang keliru?,
Akhirnya saya rindu dengan film Kingsman season II "The Golden Circle" sebab saya suka dengan soundtracknya "Country road take me home".
Bagikan
Merasa Benar Tanpa Dasar
4/
5
Oleh
BEDENAI INFO