Thursday, November 24, 2016

USTADZ SUYENDRI : MANUSIA SEBAIK-BAIK RUPA (AHSANI TAQWIIM)


Manusia adalah khalifah dan hamba Allah di permukaan bumi. Bentuk kita yang bagus dengan fisik yang tegak dan lurus, menjadikan manusia tampak begitu indah dan elok dipandang. Apalagi, kita juga dianugrahkan akal dan pemahaman oleh Sang Pencipta yang menjadi pembeda antara kita dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Subhanallah, Dia yang Ahsanul Khaliqin (Sebaik-baik Pencipta), menciptakan manusia yang Ahsani Taqwim (Sebaik-baiknya rupa). Lihatlah. Mata kita begitu menawan lengkap dengan lentik bulu mata, telinga kita begitu indah terletak di tempat yang enak dipandang, mulut kita serasi dengan letak hidung dengan gigi yang seimbang. Perhatikan Firman Tuhan berikut. Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya "(QS. At-Tin : 4). Ayat lain menyebutkan, "Kami mengutamakan mereka atas banyak dari makhluk-makhluk yang Kami ciptakan dengan pengutamaan yang besar" (QS. Al-Isra :17).

Sejenak mungkin kita perlu merenung, di mana sebenarnya letak keutamaan dan kemulian setiap manusia. Siapakah manusia yang sebaik-baik rupa itu, yang Ahsani Taqwim itu?

Dulu, ketika Adam as. diciptakan oleh Tuhan, manusia pertama itu awalnya hanyalah sebentuk daging yang belum bernyawa, belum ada ruhnya. Setelah dianggap sempurna bentuknya, barulah kemudian Tuhan meniupkan sesuatu sehingga "hiduplah" Adam as. Paling tidak begitulah yang dikabarkan di dalam kitab suci. "Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadiannya), lalu Aku tiupkan ruhKu ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan bersujud" (QS. Al-Hijr : 29). Kita pun sebagai anak cucu Adam juga demikian. Melalu i perantaraan kedua orangtua, kita ini dulu dari sari pati tanah, kemudian bertemulah sperma dan ovum, lalu berdempetlah zyghote ke dinding rahim, kemudian menjadi segumpal daging dan tulang belulang. Empat bulan sepuluh hari Sang Ibu dapat merasakan tanda-tanda kehidupan itu, subhanallah.

Fisik, darah dan daging mendorong manusia melakukan aktivitas untuk mempertahanakan hidup jasmani dan keturunannya, seperti makan dan minum atau berhubungan seksual. Sedangkan ruh mengantarkan manusia berhbungan dan Penciptanya, karena jiwa manusia bersumber langsung dari Sang Pencipta. Dan inilah yang mengantarkan manusia berusaha menundukkan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya sesuai dengan tuntunan ilahi. Ruh akan mengangkat manusia ke tingkat kesempurnaan, Ahsani Taqwim. Manusia yang Ahsani Taqwim adalah yang selalu siaga mempersiapkan bekal akhiratnya. Apabila manusia berani melepaskan diri dari daya tarik tersebut, hanya memperhatikan dan melayani kebutuhan fisiknya saja, maka ia maka ia akan jatuh meluncur ke tingkat yang serendah-rendahnya, "Asfala Safilin".

Asfala Safilin adalah Manusia yang selalu mendewakan keadaan fisik, zahiriyah tanpa memperhatikan perkembangan jiwanya. Hidupnya diperbudak nafsu tanpa tahu tujuan kehadiranya di dunia dan kemana dia akan berlabuh setelah meninggalkan dunia fana. Asfala Safilin adalah manusia yang belum mempersiapkan amal shaleh di dunia karena sibuk dengan dunianya. Padahal Tuhan sudah mempersiapkan ganjaran yang tak putus-putusnya. Yang pasti, Suatu waktu semua manusia pasti akan diadili dengan seadil-adilnya, oleh Sebijaksana-bijaksananya Hakim, Ahkamil Hakimin, Allah SWT.
Wallahu A'lam[].

Penulis : Ust.Suyendri Bengkalis

Bagikan

Jangan lewatkan

USTADZ SUYENDRI : MANUSIA SEBAIK-BAIK RUPA (AHSANI TAQWIIM)
4/ 5
Oleh BEDENAI INFO

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Comments
0 Comments