Saturday, July 8, 2017

DEMIKIAN HUJAN MALAM BERCERITA


Anggap saja ini sebagai catatan pendukung yang membuat kita sadar akan arti kesabaran sesungguhnya,  perjuangan hidup yang tidak ada habisnya,  atau sebagai pendobrak semangat yang hampir jatuh. Kita berbicara tentang kesabaran,  hal ini tidak terlepas bagaimana hati dan pikiran sudah tidak sejalan sesuai dengan jalurnya,  ia agak sedikit berbelok melintasi sesuatu yang menyenangkan hatinya,  pikirnya ini adalah sebuah kesenangan sejati sebagai pondasi utk menuju kehidupan yang lebih baik namun pada hakikatnya setelah beberapa saat menjalani hati pun bisa juga menilai, ia sedikit lelah, lalu mencari sesuatu yang baru dengn niat utk mencairkan kembali pikiran-pikiran yang mulai tegang.  Melalui urat saraf yang terhubung langsung ke otak,  lalu terbukalah suatu cakrawala berpikir untuk tetap bersikukuh dalam pandangannya.  Hai hujan teteskan sedikit air agar aku bisa merasakan kenikmatan yang telah lama haus karena dahaga, lisanku kering tidak basah lagi seperti sebelumya.  Pendengaranku kaku jika mendengar cerita lalu.  Hatiku juga layu karena kemarau yang tidak lagi membasahi lewat sanubariku, sesekali singgahlah di tempat aku membutuhkanMu. Jika kita bercermin dari sejarah peradaban masa lalu aku agak sedikit termangu tentang bukti sejarah2 yang pernah hadir,  terkdang tidak habis pikir bagaimana peradaban masa lalu membangun sebuah bukti-bukti sejarah yang sampai saat ini masih kita gunakan untuk melepas lelah, bercerita tentang bangunan piramida,  segitiga kubis yang menjorok ke atas atau menara Pisa yang condong ke samping namun tetap pada posisi yang sama hingga saat ini. Bagaimana caranya pelaku sejarah membangun hal itu?,  tembok cina yang masih berdiri kokoh,  sebuah benteng pertahanan perang bangsa tiongkok untuk melawan musuh yang datang.  Namun sudahlah berbagai macam pertimbangan yang harus dijelaskan nampaknya masih terlihat samar,  Masih memandang rasa persatuan dari sudut pandang kepentingan yang berbeda. Tidak adanya rasa keadilan yang membuat kita berlapang dada,  seluruh penjelasan juga dipandang sebelah mata hingga akhirnya mata yang sebelahnya mencari cara utk keluar dr belenggu kesabaran ini.  Maka tepatlah sudah kita harus berbenah,  jika kesibukan yang menjadi indikator utama lalu kesabaran adalah korbannya maka belumlah sempurna rasa percaya kita terhadap kasih sayang sayang seutuhnya,  dari itu kita dapat simpulkan bahwa kesabaran bisa saja terbatas karena semua makhluk di dunia ini tidak ada yang sempurna.  Lalu berkatalah hati,  apa benar dari dulu hingga sekarang rasa itu benar adanya?, maka jawabannya adalah aku memang tidak tepat sebagai sasaran empuk kesenangan jiwa yang damai,
Berbicaralah kesabaran pergilah kau sudah banyak menanggung lelah,  periksalah wahai jiwa mu Isnan kau bukan siapa-siapa
Demikian hujan malam ini bercerita, Wallahulmuwafiq illa athwamitthoriq
Wasaalamualaikuum

Bagikan

Jangan lewatkan

DEMIKIAN HUJAN MALAM BERCERITA
4/ 5
Oleh BEDENAI INFO

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Comments
0 Comments