Monday, April 16, 2018

"BERDEKER", ISTILAH PENGOBATAN SUKU AKIT DI DESA TITI AKAR


Suku Akit adalah suku asli yang berada di Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis - Riau,  tepatnya di Desa Titi Akar. Dalam kehidupan sehari-hari, Suku Akit sangat kuat memegang adat istiadatnya. Baik itu dalam hal kekeluargaan maupun sosial kemasyarakatan. Di kalangan Suku Akit dikenal tradisi pengobatan penyakit yang diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur meraka. Tradisi pengobatan tersebut biasa dikenal dengan istilah 'Berdeker'.

Berdeker adalah salah satu cara pengobatan Suku Akit yang dalam hal ini melibatkan roh atau makhluk halus dalam penyembuhannya. Awalnya berdeker ini dilakukan karena dahulu masyarakat Suku Akit belum mengenal dengan ahli medis atau dokter. Ini dilakukan atas dasar kepercayaan mereka yang sangat kental dengan nuansa animisme dan dinamisme.

Tata cara Berdeker adalah sebagai berikut:

1. Waktu pelaksanaannya pada malam hari bahkan sampai menjelang pagi dan biasanya apabila si dukun belum berhasil menemukan penyakit orang yang berobat, berdeker dilakukan sampai tiga malam berturut-turut.

2. Peralatan. Ahli kelurga yang sakit harus menyediakan peralatan-peralatan sebagai berikut: (a).Tikar berwarna merah, (b) tempat duduk dukun ketika melakukan upacara pengobatan berdeker. (c) Buyung, sejenis kendi yang diisi air untuk melihat penyakit. (d) Lilin lebah, diletakkan di atas buyung untuk menerangi buyung agar dapat melihat penyakit. (e) Kemenyan. (f) Bertih (padi yang digongseng). (g) Mangkok bara, tempat membakar kemenyan. (h) Kipas berwarna hitam. (i) Pakaian atau baju koko, warna pakaian yang dipakai bermacam-macam diantaranya; 
(1) Baju putih, jika roh masuk kedalam badan; 
(2). Baju hitam, jika roh atau hantu datangnya dari darat. 
(3) Baju kuning, jika roh atau hantu datangnya dari laut. 
(4) Baju merah, jika roh yang mengganggu adalah hantu bujang. (i) tamet (bahasa akit), yang artinya sorban atau ikatan dikepala. (j) Geheng (lonceng) 7 buah, yang dimasukkan kedalam air untuk direnjis kepada yang sakit agar terhindar dari gangguan makhluk halus. (k) bebana (kompang), untuk mengompangi dukun agar membantunya kesurupan. (l) Bebuang, tempat yang dibuat dari pohon kulbi/pohon nipah yang diukir untuk memasukkan roh jahat yang dikeluarkan dari badan si sakit. (m) Nasi kunyit, telor dan kue-kue, sebagai bahan negoisasi antara si dukun dengan roh. setelah semua persiapan di sediakan, pada malam harinya sesudah waktu magrib dukun mulai melaksanakan pengobatan berdeker, pengobatan ini disaksikan semua sanak yang hadir.

3. Setelah segala perlengkapan upacara disiapkan maka dukun mengambil posisi duduk di atas tikar yang telah disediakan. sambil memegang kipas dukun membaca basmalah untuk mengawai bacaan-bacaan mantera-manteranya dengan diiringi bebana (kompang). kompang yang ditabuh untuk membantu agar sang dukun serap (kesurupan). selanjutnya dukun mengambil bertih kemudian ditaburkan kedalam buyung yang diletakkan didepannya dan geraka ini juga diiringi dengan bacaan mantera. tidak lama kemudian dukun sudah dalam keadaan kesurupan (tidak sadar) karena roh yang dipanggil sudah masuk ke tubuhnya dengan tanda badan si dukun bergetar. dukun pun mulai berinteraksi dengan roh/makhluk halus, sementara bidu mengangkat mangkok bara berisi kemenyan yang dibakar dan asapnya dikeilingkan pada dukun dengan berhitung satu sampai dengan tujuh, asap kemenyan yang dikelilingkan dan hitungan satu sampai tujuh ini dilakukan agar roh tidak meninggalkan si dukun. Dukun mendatangi si pasien sambil mengelilinginya dengan membacakan matera-mantera dan menaburi bertih-bertih ke badan si yang sakit tadi. dengan isyarat dukun memberi tahu agar bidu menyuruh orang-orang memasukkan bebuang ke alam rumah lalu mereka beramai-ramai seolah memasukkan roh/makhluk halus kedalam bebuang tersebut dan setelah hitungan tujuh bebuang itu dibawa keluar. proses tersebut dilakukan untuk memasukkan roh makhluk halus yang dikeluarkan dari tubuh si sakit kedalam bebuang yang telah disediakan. kemudian nasi kunyit yang berisi telor dan kue-kue diletakkan depan dukun. barang-barang dukun. barang-barang tersebut sebagai negoisasi antara dukun dengan roh/makhluk halus agar mahu meninggalkan si sakit. ketika dukun menari-nari dengan diiringi bebana sesuatu tiba-tiba jatuh dan orang-orang menyaksikan upacara ini segera mengambil barang tersebut, barang itu berbentuk bulat yang terbuat dari lilin lebah. barang itu dibuka dan di dalamnya terdapat benang, sengat ikan dan lainnya. menurut bidu itu adalah barang yang dikirimkan roh jahat tersebut kepada si sakit. setelah proses pengeluaran roh/makhluk halus dari tubuh si sakit selesai dilakukan, dukun berbaring diatas tikar dengan diselimuti kain putih. hal ini dilakukan untuk mengembalikan kesadaran dukun tersebut.

Inilah tata cara upacara pengobatan berdeker yang dilakukan Suku Akit untuk mengeluarkan penyakit yang mereka anggap datangnya dari roh/makhluk halus. Mereka berkeyakinan bahwa roh tersebut ada di sekeliling mereka dan tidak mustahil kalau penyakit tersebut datangnya dari roh/makhluk halus karena terlintas.

Oleh : TRISNAWANA LESTARI
*Mahasiswa STAIN Al - Kautsar Bengkalis

Bagikan

Jangan lewatkan

"BERDEKER", ISTILAH PENGOBATAN SUKU AKIT DI DESA TITI AKAR
4/ 5
Oleh BEDENAI INFO

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Comments
0 Comments