Ada satu tradisi yang cukup populer di kalangan Muslim Nusantara tatkala berada di bulan Sya’ban atau menjelang datangnya bulan suci Ramadan, yaitu kenduri [arwah] yaitu perjamuan makan untuk jiran tetangga, sahabat dan handai taulan yang diundang datang ke rumah kediaman yang terlebih dahulu diantar dengan pembcaan zikir dan doa yang dipandu oleh tokoh agama setempat yang kesemuanya ditujukan untuk para arwah keluarga yang sudah meninggal dunia.
Entah dari mana asal usul tradisi ini. Tapi yang jelas hukumnya tidak wajib apalagi kalau sampai berhutang untuk menyelenggarakannya, itu tentu sangat memberatkan tapi juga tidak terlarang untuk dilakukan bagi yang memiliki kelebihan [kemampuan] dari sisi materi. Lagi pula pada prakteknya tidak ada unsur-unsur yang bertentangan dengan syariat. Bahkan sangat dianjurkan karena di dalamnya ada unsur silaturahim, pembacaan kalimat-kalimat tayyibah dan doa, dan menyedekahkan makanan. Dalam kaitannya dengan orang meninggal dunia, terdapat anjuran bersedekah untuknya. Diriwayatkan dari Aisyah, bahwa ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi saw, “Ibuku mati mendadak, sementara beliau belum berwasiat. Saya yakin, andaikan beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapat aliran pahala, jika saya bersedekah atas nama beliau?” Nabi saw menjawab, “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu.” (HR. Muslim). Dalam kaitannya dengan ini Imam Nawawi berkata bahwa pahala sedekah ini bisa sampai kepada mayit dengan sepakat ulama. Termasuk juga pahala menghadiahkan istighfar, bacaan al-Quran juga bisa ambil manfaatnya oleh orang yang meninggal dunia sebagaimana badal haji [Ibn Qayyim al-Jauziyah].
Hanya saja yang perlu digarisbawahi bahwa tradisi kenduri yang berisi doa dan sedekah makanan itu sifatnya hanya sedikit bantuan saja dari keluarga dan kaum muslimin yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia. Yang lebih utama sebetulnya adalah doa-doa yang dipanjatkan oleh anak-anak al-marhum dan al-marhumah setiap saat untuk kedua orang tuanya yang sudah meninggal dunia.
Bagaimana nasib seseorang di alam barzakh nanti saat ditentukan oleh amal perbuatannya selama hidup di atas dunia. Kalau selama hidup di dunia, ia banyak beramal saleh, maka ia akan bahagia di sana. Sebaliknya kalau selama hidup di dunia, ia banyak berbuat dosa dan maksiat, maka ia akan menderita dan sengsara berada di sana. Tidak cukup hanya dengan kenduri arwah saja. Sebab kalau cukup dengan kenduri arwah, seseorang tinggal berpesan saja kepada ahli waris yang ditinggalkan nanti untuk selalu menyelenggarakan kenduri arwah kalau ia sudah tiada, tidak perlu lagi banyak beramal di atas dunia ini.
Kenduri arwah di bulan Sya’ban ini seharusnya mengingatkan kita bahwa kematian itu sesuatu yang pasti dialami setiap manusia yang tidak memandang batas usia. Ajal kapan saja bisa menjemput kita. oleh karena itu, sebaiknya setiap orang mempersiapkan bekal untuk menghadapinya sebelum seseorang itu menyesal di kemudian hari. Menurut satu riwayat “Apabila seseorang telah mati, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Jika ia termasuk penghuni surga, maka diperlihatkan tempatnya di surga. Dan jika ia dari penghuni neraka maka diperlihatkan tempatnya di neraka. Kemudian dikatakan kepadanya, “Inilah tempatmu yang akan engkau tempati pada hari Kiamat”. [HR Muslim].
Bagi orang-orang yang digambarkan bahwa mereka akan menjadi penghuni syurga; mereka akan bahagia dan diperlakukan secara baik di alam barzakh sana. Sebaliknya orang-orang yang digambarkan bahwa mereka akan menjadi penghuni nereka; mereka sangat bersedih dan menderita serta akan diperlakukan secara keras dan kasar. Di kala itu mereka meminta waktu kepada Allah swt untuk kembali ke dunia walau sesaat untuk beramal saleh: “Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja (Al-Mukminun: 99).
Ketika itu penyesalan tiada guna, walaupun seseorang mengeluarkan air mata darah sekalipun. Tinggallah kita sendiri harus mempertanggung jawabkan amal perbuatan selama hidup di atas dunia. Beruntung kalau-kalau kita sebelumnya masih punya amal saleh yang bisa dibawa menyertai kita, tapi kalau tidak ada, siksaan yang pedih sudah tentu akan menanti kita. Wallahu'Alam[].
Oleh : H. Amrizal, M.Ag
*Ketua MUI Kab. Bengkalis
Bagikan
TRADISI KENDURI DI BULAN SYA'BAN
4/
5
Oleh
BEDENAI INFO