Sabak Auh adalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Siak, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bengkalis. Masyarakatnya rata-rata berprofesi sebagai petani dan nelayan.
Dalam masyarakat Sabak Auh dikenal tradisi pertunjukan Lukah Gilo. Menurut orang tua-tua di desa Sabak Auh, asal usul pertunjukan lukah gilo ini tidak begitu jelas karena sudah di wariskan secara turun temurun dan berlangsung cukup lama. Pertunjukan Lukah Gilo adalah pertunjukan yang menggunakan lukah sebagai properti utama. Lukah ialah alat yang biasa digunakan masyarakat untuk menangkap ikan yang terbuat dari bahan dasar bambu yg dijalin dengan rotan sehingga membentuk loncong dan bertutupkan tempurung kelapa sebagai kepala lukah untuk memerangkap ikan. Namun dalam pertunjukan seni lukah ini digunakan sebagai tempat untuk memasukkan roh" di dalam lukah sehingga terciptalah pertunjukan seni lukah gilo.
Pertunjukan Lukah Gilo ini menggunakan media berupa mantra-mantra yang di ucapkan oleh seorang pawang saat pertunjukan dilaksanakan. Pewarisan mantra hanya di turunkan kepada keluarga pawang saja terkecuali ada orang lain yang ingin mempelarinya namun harus membawa tebusan berupa pisau Belati, kain putih, dan ayam panggang beserta nasi kunyit sebagai syarat pemberian ilmu.
Dalam pertunjukan lukah gilo membutuh kan pemain berjumlah 3 orang yang terdiri dari pawang atau dukun berusia sekitar 35-65 tahun, dua orang pemegang kiri kanan lukah yang disebut peladen, 3 orang ini harus berjenis kelamin laki-laki dan kemudian menyiapkan kain hitam sebagai busana lukah.
Orang yang terkenal dalam pertunjukan Lukah Gilo di masyarakat Sabak Auh ini adalah Pak Nasrun. Dia adalah salah satu warga Sabak Auh kabupaten siak berusia 63 tahun yang telah mengabadikan diri selama puluhan tahun dalam memelihara dan mengembangkan nilai seni dan budaya yang ada di Sabak Auh dan telah mendapatkan penghargaan dari pemerintah provinsi atas eksistensinya sebagai Anugerah pemangku Setia Seni Tari.
Sebagai permulaan pertunjukan, Dukun menyiapkan lukah kemudian menyiapkan sebatang kayu dengan panjang 80 cm yang ditusuk di samping atas lukah dengan posisi lurus ke atas sehingga membentuk seperti tangan, sebuah labu air yang diikat pada kepala lukah sebagai alat rias dan kapur sirih untuk merias dengan membentuk sepeti hidung, mata, dan mulut agar mirip dengan manusia.
Setelah semuanya disiapkan, dimulailah pertujukan dengan permulaan pembacaan mantra - mantra oleh pawang atau dukun sambil menjetik 3x kepala lukah. Setelah selesai penjentikan pawang mengambil jarak 3-5 meter dari lukah dan peladen mulai memegang sisi kiri dan kanan lukah. pawang mengipas selendang dengan perlahan dan semakin lama semakin kencang. Peladen mulai menggoyangkan lukah mengikuti irama mantra dan ayunan selendang.
Mulailah pawang memasukkan kekuatan magis melalui kekuatan mantra-mantra yang di nyanyikan. Setelah lukah dimasuki kekuatan - kekuatan magis, lukah mulai bergoyang-goyang dan menari-nari, semakin lama semakin menggila atau kesurupan dan peladen akan tanpak kualahan dalam menguasai lukah sehingga membuat peledan terpelanting kesana sini sehingga membuat sorak dan tepuk tangan penonton menjadi riuh dengan keadaan yang aneh dan menakjubkan. Berakhirnya pertunjukan ini ialah ketika peladen sudah tidak bisa lagi mengendalikan lukah dan pawang mulai menyanyikan mantra untuk perlahan mengendalikan lukah hingga berhenti.
Demikian pengenalan singkat tentang pertunjukan seni lukah gilo di kalangan masyarakat Sabak Auh yang dapat memberikan hiburan kepada masyarakat melalui pertunjukan yang mengandung unsur-unsur magis dan ritual mantra sang pawang[]./Admin
Oleh : Aida Fitria
*Mahasiswa STAIN Al-Kautsar Bengkalis
Bagikan
MENGENAL PERTUNJUKAN SENI LUKAH GILO DI KALANGAN MASYARAKAT SABAK AUH
4/
5
Oleh
BEDENAI INFO